Daftar Isi
11 min read

Pengertian Neraca Perdagangan: Surplus atau Defisit?

Tayang 04 Mar 2025

Neraca perdagangan adalah perbedaan antara nilai semua barang dan jasa yang diekspor dan diimpor dari suatu negara dalam periode waktu tertentu.

Neraca yang biasa disebut balance of trade ini merupakan komponen terbesar dalam neraca pembayaran karena menjadi indikator untuk mengukur seluruh transaksi internasional.

Artinya, jika dalam satu tahun negara lebih banyak melakukan ekspor ketimbang impor, kondisi neraca perdagangan adalah surplus.

Sebaliknya, jika lebih banyak melakukan impor ketimbang ekspor, kondisi neraca perdagangan adalah defisit.

Setiap negara biasanya akan mempublikasikan laporan neraca secara berkala dalam tempo bulanan atau kuartal. Hasilnya akan diamati pemerintah, bank sentral, investor, spekulan, dan para pemain pasar lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan ekonomi.

Sebagai pebisnis di sektor ekspor impor, Anda sangat perlu untuk mengetahui seluk-beluk neraca perdagangan. Selain itu, upaya ini juga bisa untuk memproteksi bisnis dari gagal bayar pinjaman jika terjadi risiko dengan asuransi kredit.

Jadi, gimana caranya? Simak artikel ini sampai habis!

Neraca perdagangan

Perbedaan Neraca Perdagangan & Neraca Pembayaran

Neraca perdagangan adalah bagian dari neraca pembayaran (balance of payment). Secara spesifik, hal ini termasuk ke dalam bagian transaksi berjalan (current accounts). Sedangkan neraca pembayaran bersifat merangkum semua transaksi pembayaran antara sebuah negara dengan dunia.

Sebelum lanjut ke pembahasaan lebih jauh, bisnis Anda sudah memanfaatkan software untuk mengurus neraca dagang usaha atau belum?

Dapatkan: Software Mekari Jurnal ~ Gratis 7 Hari

Oke kita lanjut lagi, jadi balance of payment terdiri dari dua komponen, yakni transaksi berjalan dan transaksi modal (capital accounts).

Transaksi berjalan sebagian besar terdiri dari neraca perdagangan dan pembayaran pendapatan faktor. Sedangkan, komponen transaksi modal yang utama adalah investasi (baik investasi langsung maupun investasi portofolio).

Penjumlahan transaksi berjalan dan transaksi modal harus sama dengan nol. Jadi, jika neraca perdagangan sebuah negara adalah defisit, itu akan diimbangi oleh arus investasi masuk (surplus transaksi modal).

Defisit menunjukkan bahwa negara tersebut harus meminjam dari orang asing untuk menutupinya, mengarah pada arus masuk modal asing. Kondisi sebaliknya berlaku ketika negara tersebut mengalami surplus perdagangan.

Pengaruh Neraca Perdagangan Terhadap Perekonomian

Neraca perdagangan tentu sangat bisa untuk mempengaruhi variabel ekonomi lainnya. Sebab pada bagian ini, kita akan fokus tentang dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga nilai tukar.

Karena perlu sama-sama kita catat juga, bahwa perdagangan dapat mempengaruhi secara langsung aktivitas produksi dalam negeri, serta permintaan terhadap mata uang domestik.

Balance of trade atau neraca perdagangan dapat berpengaruh besar terhadap perekonomian suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) dan nilai tukar rupiah menjadi dua sektor yang paling rentan atas neraca tersebut.

1. Pengaruh Neraca Perdagangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Ekspor adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, yang pencapaiannya dapat diukur dari pertumbuhan PDB riil dari waktu ke waktu.

PDB riil akan merepresentasikan nilai moneter produk yang diproduksi oleh perekonomian domestik dan diukur pada harga konstan.

Jika ekspor meningkat, ini akan meningkatkan permintaan terhadap produk domestik dan mendorong perusahaan untuk meningkatkan outputnya. Sehingga peningkatan produksi dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan dalam perekonomian domestik.

Sebaliknya, impor justru dapat mengurangi PDB riil domestik. Ketika sebuah impor meningkat, ini akan mendorong peningkatan produksi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan di negara mitra, bukan di perekonomian domestik.

Oleh karena itu, para ekonom merujuk impor sebagai kebocoran (leakages) di dalam sebuah perekonomian.

Selanjutnya, mari kita hubungkan antara ekspor, impor dan PDB. Di bawah pendekatan pengeluaran, ekonom merumuskan PDB sebagai berikut:

PDB = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor – Impor)

Dari rumus tersebut, anda dapat lihat ekspor berhubungan positif dengan PDB, sedangkan impor memiliki hubungan negatif. Ketika sebuah negara melaporkan peningkatan surplus perdagangan, maka itu mendorong PDB naik dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

2. Pengaruh Neraca Perdagangan Terhadap Nilai Tukar

Sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, ekspor dan impor tidak hanya melibatkan barang dan jasa, melainkan juga terhadap mata uang yang berbeda-beda sebagai alat pembayaran.

Kenaikan ekspor dapat meningkatkan permintaan mata uang domestik, serta mengarah pada apresiasi mata uang domestik.

Untuk membayar produk yang dibeli, pembeli dari luar negeri harus mengkonversi mata uang mereka dengan mata uang domestik.

Oleh karena itu, ketika ekspor meningkat, ini akan mendorong permintaan yang lebih tinggi terhadap mata uang domestik. Apresiasi mengindikasikan daya beli mata uang domestik terhadap mata uang negara mitra menguat.

Sebaliknya, kenaikan impor meningkatkan permintaan mata uang negara mitra, mengarah pada depresiasi mata uang domestik. Peningkatan impor mendorong pembeli domestik untuk menjual mata uangnya dan menukarnya dengan mata uang negara mitra untuk membayar impor.

Baca Juga: Pengertian Impor dan Peluang Bisnis yang Bisa Diciptakan

Peningkatan permintaan mata uang negara mitra meningkatkan harga (daya belinya) terhadap mata uang domestik. Itu mengarah pada depresiasi nilai tukar domestik. Sementara itu, negara mitra melihat mata uang mereka terapresiasi.

Ketika sebuah negara mengalami defisit perdagangan, nilai tukar cenderung terdepresiasi. Sebaliknya, surplus perdagangan akan mengarah pada apresiasi mata uang.

Tapi, efeknya mungkin hanya sementara, karena mekanisme harga akan menghasilkan efek yang berkebalikan.

Depresiasi membuat harga produk domestik menjadi lebih murah bagi pembeli di luar negeri. Itu seharusnya meningkatkan ekspor. Di sisi lain, impor menurun karena produk luar negeri menjadi lebih mahal. Itu akan mengarah pada apresiasi.

Efek sebaliknya berlaku ketika mata uang domestik terapresiasi.  Ekonomi menggambarkan hubungan antara neraca perdagangan dengan nilai tukar ke dalam sebuah grafik yang kita sebut sebagai Kurva IS-LM atau lebih spesifik pada Kurva NX (Net Export) atau Kurva Neraca Perdagangan.

Dampak perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan juga tergantung pada dua faktor lain, yakni:

  • Inflasi
  • Elastisitas permintaan produk

Ekonom biasanya menggunakan indikator nilai tukar riil untuk melihat pengaruhnya terhadap neraca perdagangan, alih-alih nilai tukar nominal. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang disesuaikan dengan perbedaan inflasi domestik dengan inflasi di negara mitra.

Baca Juga: Penyebab dan Strategi Perusahaan Menghadapi Inflasi

Karena inflasi mencerminkan rata-rata tingkat harga barang dan jasa di sebuah perekonomian, maka itu juga dapat mempengaruhi permintaan produk ekspor dan impor.

Sementara itu, elastisitas permintaan memberitahu anda seberapa responsif pembeli domestik dan di luar negeri ketika harga barang berubah (misalnya karena depresiasi). Jika mereka responsif (permintaan elastis), penurunan harga akan merangsang permintaan yang tinggi.

Katakanlah pembeli asing relatif responsif dengan perubahan harga barang domestik. Depresiasi membuat barang domestik menjadi lebih murah, merangsang mereka untuk meningkatkan permintaan secara cukup substansial.

Misalnya, jika harga turun 5%, maka permintaan mereka terhadap barang domestik akan meningkat lebih dari 5%. Sebaliknya, ketika mata uang domestik terapresiasi, permintaan mereka akan jauh berkurang.

Baca Juga: Kelola Permintaan Konsumen dengan 9 Strategi Ini

3. Daya Saing Produk

Daya saing produk di pasar internasional tergantung pada harga jual dan kualitas produk. Salah satu faktor kunci untuk harga jual adalah struktur biaya.

Harga input yang rendah memungkinkan bisnis domestik memiliki struktur biaya yang rendah. Mereka dapat menjual barang dengan harga murah, sehingga lebih kompetitif di pasar internasional. Inilah salah satu alasan mengapa China menjadi eksportir bersih terbesar dunia.

Sementara itu, kualitas tergantung pada diferensiasi produk. Produk yang terdiferensiasi memberikan produsen kekuatan pasar.

Contohnya adalah barang modal berteknologi tinggi Jerman. Meski lebih mahal, pasar tetap meminatinya dan membuat Jerman menjadi salah satu negara dengan surplus perdagangan terbesar di dunia.

4. Proteksi Perdagangan

Proteksi perdagangan dapat berupa tarif atau hambatan nontarif. Contoh hambatan non-tarif adalah lisensi impor, lisensi ekspor, kuota impor, subsidi, pembatasan ekspor sukarela, persyaratan konten lokal, embargo, devaluasi mata uang, dan dumping.

Dampak pada neraca perdagangan tergantung pada signifikansi dan jenis hambatan perdagangan.

Cara Hitung Neraca Perdagangan

Dalam menghitung neraca perdagangan, terdapat dua hal yang harus dimiliki yaitu nilai ekspor dan nilai impor. Tetapi, ada beberapa hal yang memengaruhi nilai tersebut yaitu:

  • Transaksi barang dan jasa, ini meliputi transaksi ekspor impor barang maupun jasa.
  • Transaksi modal, transaksi ini meliputi kredit perdagangan dari negara lain dan juga investasi langsung di luar negeri.
  • Transaksi satu arah, meliputi hadiah atau bantuan, karena dalam transaksi ini tidak mengharuskan pengembalian dana atau pembayaran.
  • Selisih perhitungan, ini merupakan sebuah rekening untuk penyeimbang antara kredit dan debit.
  • Lalu lintas moneter.

Pada dasarnya, ada rumus sederhana untuk menghitungnya, yaitu dengan mengurangi nilai ekspor dan nilai impor atas suatu barang dan jasa.

Neraca Perdagangan = Ekspor – Impor

  • Ekspor adalah barang dan jasa yang dibuat di dalam negeri kemudian dijual ke luar negeri.
  • Impor adalah barang dan jasa yang dibeli penduduk di dalam negeri terhadap barang atau jasa yang dibuat di luar negeri.

Namun, ada celah yang menyebabkan penghitungan neraca menjadi tidak akurat. Salah satunya adalah perdagangan gelap.

Pasalnya, dalam perdagangan gelap, beberapa kegiatan transaksi tersebut hanya tercatat di satu negara, entah yang mengekspor atau yang mengimpor, sedangkan negara lainnya tidak.

Hal itu menyebabkan akumulasi dari seluruh dunia menjadi tidak seimbang. Tips terkait neraca, gunakan aplikasi neraca keuangan untuk memudahkan perhitungan ini.

cara membuat mengurus siup (surat izin usaha perdagangan)

Neraca Perdagangan: Surplus atau Defisit?

Defisit neraca perdagangan adalah topik perbincangan yang selalu menarik untuk dibahas. Dalam praktiknya, neraca memiliki dua sifat, yaitu surplus dan defisit.

Nah, suatu negara dikatakan surplus apabila negara tersebut lebih banyak melakukan ekspor komoditi atau jasa daripada impor. Hal ini disebut juga sebagai surplus perdagangan. Sementara defisit terjadi saat nilai impor lebih tinggi daripada nilai ekspor, maka terjadilah defisit.

Melansir dari laman Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Neraca Perdagangan Indonesia pada Mei 2024 telah mencatatkan surplus sebesar USD2,93 miliar atau sekitar Rp47,9 triliun. Hal ini membuat neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 49 bulan berturut-turut.

Tentu Anda pasti sering mendengar istilah surplus dan defisit. Namun, hal tersebut ternyata tidaklah terlalu signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian.

Surplus tidak selamanya baik, begitu pula juga defisit yang tidak selamanya menunjukkan tanda bahaya terhadap perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi sendiri pendorong utamanya adalah tingkat konsumsi masyarakat dan juga investasi.

Neraca Perdagangan Disebut Surplus Apabila…

Neraca perdagangan disebut surplus apabila pendapatan lebih banyak daripada pengeluarannya. Artinya, nilai ekspornya lebih besar ketimbang nilai impornya.

Surplus akan sangat dibutuhkan ketika perekonomian berada dalam fase resesi. Pasalnya, dalam keadaan tersebut, surplus perdagangan akan membantu dalam penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan permintaan atas suatu barang dan jasa.

Umumnya setiap negara membuat kebijakan ekonomi tersendiri untuk menghasilkan surplus. Salah satu kebijakan tersebut diimplementasikan dalam wujud proteksionisme perdagangan. Caranya adalah dengan melindungi industri dalam negeri melalui pengenaan tarif, kuota, atau subsidi impor.

Neraca Perdagangan Disebut Defisit, Itu Berarti…

Sebaliknya, neraca dikatakan defisit apabila nilai impornya lebih besar daripada nilai ekspornya. Tapi, hal ini tidak selamanya negatif.

Pasalnya, jika pemerintah membuka keran impor daripada ekspor, itu tandanya akan semakin banyak barang-barang di pasar. Hal ini jelas bisa mendorong persaingan usaha dan menjaga harga-harga barang tetap stabil.

Namun, kita juga perlu tahu bahwa defisit perdagangan dianggap sebagai suatu yang kurang menguntungkan bagi sebagian negara. Termasuk bisa menyebabkan kebangkrutan untuk bisnis-bisnis di sektor tertentu.

Jika negara terus-menerus menerima impor, kemungkinan terburuknya bakal membuat bisnis dan produk dalam negeri menjadi tidak memiliki nilai tambah.

Pada jangka panjang, akhirnya negara dengan defisit perdagangan yang tinggi akan menerapkan apa yang disebut merkantilisme, yaitu menghapus defisit perdagangan dengan segala cara.

Salah satu yang paling umum untuk dilakukan adalah dengan menetapkan tarif impor dan kuota impor yang sering kali diikuti dengan kenaikan harga konsumen.

Hal tersebut tentu akan memicu proteksionisme reaksioner dari mitra dagang negara sehingga kemungkinan terbesarnya perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi akan menurun.

Dampak Defisit Neraca Perdagangan

Secara umum, defisit neraca menandakan bahwa perekonomian suatu negara cenderung melemah. Tentu saja akan ada dampak-dampak yang juga perlu ikut diperhatikan, seperti berikut ini.

1. Pelemahan Mata Uang

Impor yang lebih tinggi ketimbang ekspor adalah penyebab dari terciptanya sebuah defisit. Rasio impor yang melambung bisa diartikandengan tingginya kebutuhan akan mata uang asing.

Dengan kata lain, Rupiah yang ditukarkan ke Dollar lebih besar ketimbang Dollar yang ditukar ke Rupiah. Turunnya permintaan terhadap Rupiah membuat nilai mata uang Indonesia tersebut melemah.

Bank Indonesia mau gak mau harus menggunakan cadangan devisa supaya mampu menahan laju pelemahan Rupiah jika terus berlanjut.

2. Meningkatnya Inflasi

Pelemahan mata uang semisal Rupiah cenderung berujung pada naiknya harga barang-barang, terutama barang-barang impor.

Ujung-ujungnya inflasi naik dan daya beli masyarakat menurun. Inflasi yang terus berlanjut lama kelamaan dapat mengakibatkan perekonomian melambat, bahkan lumpuh nantinya.

3. Suku Bunga Acuan Naik

Naiknya suku bunga acuan merupakan dampak lanjutan dari defisit neraca. Sebab rupiah yang melemah cenderung mendongkrak angka inflasi.

Nyatanya, ada beberapa barang produksi dalam negeri yang selama ini bergantung pada bahan baku yang diimpor dari luar negeri.

Melemahnya rupiah membuat barang-barang tersebut memiliki harga jual yang tinggi karena menyesuaikan dengan harga bahan baku yang mahal.

Bank Indonesia pun mau gak mau menaikkan suku bunga acuan sebagai konsekuensi peningkatan inflasi. Melihat tingginya suku bunga, orang-orang pun lebih memilih menyimpan uangnya di bank.

4. Investasi Asing yang Masuk Berpotensi Meningkat

Melemahnya nilai mata uang dapat dilihat sebagai keuntungan bagi beberapa investor. Modal investasi yang mereka salurkan bisa lebih besar ketika ditukarkan ke mata uang negara tujuan. Dari modal tersebut, mereka bisa mengembangkan bisnisnya.

Selain itu, para investor bisa membeli surat utang, baik yang dijual negara maupun swasta, dalam jumlah besar. Kondisi ini tentunya menguntungkan buat negara tujuan investasi. Sebab modal-modal yang masuk mendorong perekonomian.

Seperti mengutip dari Investopedia, pemenang Nobel Milton Friedman berpendapat bahwa defisit perdagangan tidak pernah berbahaya dalam jangka panjang. Sebab mata uang akan selalu kembali ke negara itu dalam berbagai bentuk. Salah satunya melalui investasi asing.

Itu sebabnya kondisi defisit neraca ini memengaruhi harga saham. Apalagi saham yang bergerak di sektor terkait ekspor impor.

Sebagai cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, Anda pastinya membutuhkan aplikasi akuntansi untuk bisnis yang mudah dan serba lengkap.

Seperti misalnya Anda mencoba aplikasi anggaran dan invoice software dari Mekari Jurnal,yaitu sebuah pilihan software akuntansi online untuk setiap perusahaan yang dapat digunakan dengan mudah membantu bisnis Anda Yuk coba gratis sekarang!

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Jurnal

WhatsApp Hubungi Kami